Blog Gw

PERSEPSI IBU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


Setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh menjadi orang – orang yang sukses di bidangnya. Orang tua selalu memiliki berbagai harapan pada anak – anaknya untuk menjadi orang “ besar “ di kemudian hari. Untuk menuju ke sana tentu saja tidak semudah diucapkan dan bisa ditempuh dengan cara yang sederhana. Ibu yang baik yang menginginkan anaknya sehat akan memberikan apa yang terbaik untuk bayinya. Air susu ibu ( ASI ) merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.(1,2).
Studi ilmiah telah membuktikan bahwa bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas dengan pemberian air susu ibu ( ASI ) secara eksklusif pada 4 – 6 bulan pertama kehidupannya. Orang tua tidak perlu lagi memberikan makanan tambahan lain pada usia ini, karena ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi. ASI mengandung unsur – unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. WHO dan UNICEF merekomendasikan menyusui sejak lahir sampai 6 bulan pertama, dan meneruskannya bersama pendamping ASI yang cukup sampai usia 2 tahun atau lebih ( 2 ).
Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan Balita antara lain disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan pendamping ASI ( MP – ASI ) terlalu dini atau terlalu terlambat, MP – ASI tidak cukup mengandung energi dan zat gizi mikro terutama mineral dan Zinc, perawatan bayi yang kurang memadai, dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya ( 3 ). Salah satu kendala yang dihadapi saat ini adalah kesulitan dalam upaya pemantauan ASI eksklusif, karena belum mempunyai sistem yang diandalkan.
Untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam pemberian ASI eksklusif dilakukan melalui laporan dari  Puskesmas yang diperoleh dari wawancara waktu kunjungan bayi ke Puskesmas. Hasil yang diperoleh berdasarkan data dari profil kabupaten Jawa Tengah pada tahun 2004 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif mencapai rata – rata 20,18 %. Ini masih jauh dari harapan, karena rata – rata yang ditargetkan adalah 80 %. Data ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang berhenti menyusui bayinya sebelum usia 4 – 6 bulan ( 4 ).
Jumlah ibu menyusui di Puskesmas Kagok Semarang pada bulan September 2006 sebanyak 392 orang. Dari 392 orang ini, tidak semuanya memberikan ASI eksklusif. Hanya 254 orang ( 65 % ) yang memberikan ASI eksklusif, padahal dari pihak Puskesmas sendiri telah mempunyai program untuk menggalakkan program ASI eksklusif. Salah satu program yang dijalankan adalah dengan memberikan konseling kepada ibu hamil pada saat kunjungan ke Puskesmas dan Posyandu. Masih rendahnya keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai alasan sosial, ekonomi, budaya, termasuk kurangnya pemahaman tentang
ASI eksklusif. Dengan dikenalnya teknologi modern dan diserapnya gaya hidup baru, makna yang melekat dalam praktek kebiasaan menyusui telah menunjukkan penurunan yang nyata dalam masyarakat ( 5 ).
Sebagai petugas kesehatan, perawat mempunyai peran yang penting dalam upaya meningkatkan angka keberhasilan menyusui secara eksklusif, yaitu dengan memberikan dukungan yang aktif selama kehamilan dan setelah melahirkan, dengan cara memberikan penyuluhan yang benar tentang manajemen laktasi sejak
ANC yang meliputi: keunggulan ASI, kerugian susu formula, gizi ibu hamil yang menjamin lancarnya produksi ASI, cara perawatan payudara, dan cara menyusui yang benar. Di kamar persalinan perawat dapat merangsang puting susu untuk memacu refleks prolaktin dan oksitosin yang dibutuhkan dalam menyusui.
Meskipun ASI belum keluar, perawat harus mempertahankan kontak fisik bayi dengan ibu, karena dapat memberikan rasa kepuasan psikologis yang dibutuhkan ibu agar proses menyusui berjalan lancar. Selain itu perawat juga harus dapat memperagakan pengetahuan praktis dalam penatalaksanaan menyusui ( 5, 6 ).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai persepsi ibu tentang ASI eksklusif.

B. Perumusan Masalah
Sekarang ini masih ditemui ibu – ibu yang belum memberikan ASI secara eksklusif pada bayi mereka, masih ada ibu yang memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan. Pada usia ini bayi cukup diberi ASI saja, karena ASI merupakan makanan ideal untuk bayi. ASI mengandung semua zat gizi untuk pertumbuhan dan penyediaan energi, kekebalan, meningkatkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. Perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor. Demikian pula dengan perilaku ibu yang menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya pemahaman ibu tentang ASI eksklusif.
Selengkapnya 


0 komentar:

Posting Komentar