Blog Gw

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Permata, 2002). Derajat kesehatan penduduk secara optimal dapat pula diukur dengan indikator antara lain angka
kematian ibu, angka kematian bayi, dan tingkat kesuburan penduduk yang sangat erat kaitannya dengan pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana) (Ambarwati, 2006).
Berdasarkan data WHO (1999) sekitar 80 % kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan (Yulianto, 2004). Di dunia, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas (Universitas Indonesia, 2005). Berdasarkan SKRT (2003), Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia mencapai 307/ 100.000 kelahiran hidup, hal ini berbeda sekali dengan Singapura yang berhasil menekan angka kematian ibu menjadi 6 per seratus ribu kelahiran hidup saja (Depkes, 1998). Data lain menyebutkan bahwa AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negaranegara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di  Indonesia adalah 1 dari 65, sedangkan di Thailand menunjukkan angka 1 dari 1.100 (Bappenas, 2007).
Dalam menanggulangi hal tersebut, berbagai usaha untuk menurunkan AKI telah dilakukan, diantaranya: 1) Program safe motherhood (1998); 2) Gerakan Sayang Ibu (1996); 3) Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman/ Making Pragnancy Saver (MPS) dan 4) Kerjasama POGI, IDAI, IDI, dan Depkes 2002 oleh yayasan Bina Pustaka yang menerbitkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Berbagai program itu telah dilaksanakan akan tetapi pada kenyataannya AKI baru bisa diturunkan menjadi 307/ 100.000 pada tahun 2003. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa angka tersebut
mengalami penurunan lagi menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 2005 (Jakir, 2006).
Pada tahun 2003 angka kematian ibu di Yogyakarta mencapai 110/100.000 kelahiran hidup. Data yang tercatat dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa kematian maternal tahun 2004 di Yogyakarta terdapat 33 kasus yaitu Kotamadya Yogyakarta 5 kasus, Bantul 8 kasus, Kulonprogo 4 kasus,
Gunungkidul 4 kasus dan Sleman 12 kasus (Purwantiningsih, 2006). Data tersebut semakin menguatkan perlunya penanganan serius bagi kematian maternal. Berbagai faktor penyebab tingginya AKI seringkali dijumpai secara bersamaan dan tumpang tindih. Salah satu faktor yang menyebabkan AKI masih tinggi diantaranya adalah mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini berkaitan langsung dengan  penanganan kasus AKI yang dinamakan trias terlambat, diantaranya:
1. Terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal.
2. Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya trasportasi.
3. Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.

Telah diketahui bahwa 3 penyebab utama kematian ibu di bidang obstetri adalah perdarahan 45%, infeksi 15 % dan hipertensi dalam kehamilan 13 % (SKRT 1995). Sejalan dengan data tersebut, kebanyakan kematian maternal terjadi 3 hari sehabis melahirkan karena terserang infeksi. Oleh karena itu, baik ibu, keluarga maupun tenaga kesehatan perlu belajar hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi postpartum ini (Roeshadi, 2006).
WHO telah merekomendasikan program Making Pregnancy Safer yang salah satu fokus penanganannya pada pencegahan perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum ini adalah penyebab utama kematian maternal. Tidak kurang seperempat dari seluruh kematian maternal disebabkan oleh perdarahan (WHO,
2006). Di negara berkembang, perempuan cenderung lebih mendapat perawatan antenatal atau perawatan sebelum melahirkan dibandingkan mendapat perawatan kebidanan yang seharusnya diterima selama persalinan dan pasca persalinan. Nyatanya, lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Perdarahan hebat adalah penyebab paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia. Sebenarnya perdarahan postpartum dini seringkali dapat ditangani
dengan perawatan dasar, namun keterlambatan dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut sehingga memerlukan pelayanan yang komperhensif. Pencegahan, diagnosis dan penanganan pada jam-jam pertama sangatlah penting untuk mengatasi perdarahan. Disamping itu risiko-risiko lain seperti infeksi dan komplikasi juga dapat mengancam jiwa (Shane, 2002). Periode postpartum merupakan masa untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis. Serta salah satu masa untuk mengadopsi peran ibu (Bobak et al, 2004). Mengingat pentingnya adaptasi pada masa ini maka perawat diharapkan bisa memberi kontribusi dengan menyediakan pelayanan keperawatan yang mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu postpartum ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan perawat adalah dengan mengoptimalkan fungsinya
sebagai edukator dengan memberikan pengetahuan tentang perawatan ibu dan bayi kepada ibu postpartum. Permasalahan ibu postpartum ini sebetulnya bisa dicegah, salah satunya dengan memberikan penyuluhan yang berkesinambungan pada ibu postpartum. Kurangnya pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan
ibu dan bayi, dapat ditopang dengan meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan khususnya perawat dan bidan tentang asuhan keperawatan ibu postpartum. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat dan bidan di bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tanggal 30 April 2007 bahwa program pelatihan ibu postpartum jarang dilaksanakan dan tidak dilakukan secara berkesinambungan karena jumlah perawat yang tidak memadai dan beban kerja yang ada. RSUP Dr. Sardjito sebetulnya pernah mengadakan program pelatihan yang melibatkan ibu postpartum yaitu program pelatihan breast care. Akan tetapi program tersebut sudah tidak dilaksanakan sejak tiga tahun yang lalu.

B. Rumusan Masalah
Berdasar uraian di atas diketahui bahwa kesadaran perawat/bidan mengenai risiko kematian pada ibu postpartum sudah ada, namun hal itu belum diimbangi dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang asuhan keperawatan postpartum.
Pelatihan dengan menggunakan media bantu VCD dan modul merupakan salah satu jenis media pengajaran yang banyak digemari saat ini. Penelitian tentang efek penggunaan media audiovisual pernah dilakukan.
Namun penelitian kali ini lebih mendalami tentang penerapan pelatihan menggunakan media bantu VCD dan modul. Diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan pengetahuan praktis kepada perawat/bidan dan dunia kesehatan pada khususnya. Dengan informasi praktis yang dapat diterapkan dengan baik akan menghasilkan suatu kesadaran bahwa dengan pelatihan ini dapat meningkatkan skor pengetahuan perawat/bidan yang berguna bagi pelayanan keperawatan. Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang masalah tersebut adalah: Apakah pelatihan dengan menggunakan media bantu VCD dan modul dapat meningkatkan skor pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum di Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.
Selengkapnya 



Read More..

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY. A DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI IRNA C3 RUMAH SAKIT XXX



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit kencing manis merupakan sejenis penyakit yang dapat dicirikan dengan keadaan hyperglikemia (ketinggian kandungan glukosa dalam darah), terutamanya selepas pengambilan makanan, pada pengidapnya hiperglikemia dapat mempengaruhi hampir semua organ dan sistem tubuh. Dan jika tidak segera ditangani atau tidak mendapat perawatan secara khusus dapat menyebabkan komplikasi darah kecil (mikrovaskuler) seperti pada mata (retinopati diabetik), ginjal (nefropati ; diabetik) juga pada saraf-saraf perifer (neuropati diabetik) dan dapat mengenai pembuluh darah besar (makrovaskuler) seperti pada jantung (http:/www.goolec.om/kencingmanis/index.html).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang.  Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (Helathy People, 1990).
Diabetes Mellitus terutama preavalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu berusaia lebih dari 65 tahun 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15%, populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan yang baru diantara penduduk berusia 74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi di luar trauma kecelakaan. Akibat penyakit dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh angka penyakit arteri koroner yang tinggi pada para penderita diabetes (Brunner dan Suddart).
Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan populasi umum. Separuh dari keseluruhan (http:/www.goolec.om/kencingmanis/ index.html).
Penderita diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun dirawat di rumah sakit yang setiap tahunnya. Komplikasi yang serius dan dapat membawa kematian sering turut menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi para penderita diabetes, maka selama klien dirawat di rumah sakit, perawat yang selama 24 jam berada disamping klien sangat diharapkan perannya, tidak hanya terhadap kedaan fisik klien, tetapi juga psikologis klien dan memberi motivasi dan edukasi kepada klien tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap diet dengan tidak mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain. (http:/www.goolec.om/ kencingmanis/index.html).
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul "Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Mellitus pada Ny. S di Ruang Penyakit Dalam C3 Lt. I RSDK XXX".

B.     Tujuan Penulisan
dalam menyusun karya tulis ini penulis mempunyai tujuan yaitu :
1.      Mampu mengkaji dan mengetahui masalah yang timbul pada klien diabetes mellitus yang dirawat di rumah sakit
2.      Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus di rumah sakit
3.      Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien Diabetes Mellitus di rumah sakit serta upaya pemecahannya.

Selengkapnya 




Read More..

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN PADA TN. N DI RUANG VII (HUDOWO) RSJD XXX



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit menunjukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan merujuk pada penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.(Depkes RI, 2006).
Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Gejala-gejala Skizofrenia mengalami penurunan fungsi / ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain. ( Arif, 2006).
Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RSJD Amino Gondohutomo Semarang adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri, ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lainnya. ( Depkes 2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang lain. (Townsend, 1998)
Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative tapi tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kamarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan intra personal.(Harnawatiaj,2008,¶ 3,http://www.gaya hidup sehat online.com,27 januari 2008).
Hasil pengamatan dan pencarian data oleh penulis dalam satu bulan Desember 2007, jumlah pasien yang dirawat di ruang VI mencapai 75 orang dengan lama rawat rata-rata 21 hari. Dari jumlah tersebut 96% (72 pasien)  adalah didiagnosa medic Skizofrenia dan 4% (3 pasien) adalah dimensia (Lansia). Dan dari masalah keperawatan perilaku kekerasan ada 42% (30 pasien) biasanya dirumah marah-marah dan mengganggu lingkungan sekitar dan sisanya ada yang halusinasi,menarik diri, harga diri rendah dan waham.
Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ini mengambil judul asuhan keperawatan perilaku kekerasan di RS Jiwa Amino Gondohutomo semarang. Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh pasien atau keluarga.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal.

2.      Tujuan khusus
a.       Penulis dapat mengidentifikasikan hambatan dalam perawatan pasien marah agresif sehingga dapat dicari pemecahan masalahnya
b.      Penulis dapat mengganbarkan hasil pengkajian keperawatan pada             Tn. N dangan prilaku kekerasan
c.       Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada Tn. N dengan prilaku kekerasan
d.      penulis dapat mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. N dengan prilaku kekerasan
e.       penulis dapat mendiskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada Tn. N dengan prilaku kekerasan
f.       penukis dapat mendiskripsikam hasil evaluasi yang berhasil dilakukan     


Selengkapnya 


Read More..

Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Gross Hematuria e.c Ca.Buli (Pre Op dan Post Op) Di Ruang A2 (Bedah Wanita dan Anak) RSUP XXX



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan dan kebiasaan individu mengkonsumsi makanan, dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan yang disebut sakit.
Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan masyarakat adalah kanker sistem urogenitalia. Hal ini dibuktikan pada negara berkembang, banyak terjadi penyakit kanker yang diderita pada kalangan masyarakat. Baik itu yang terjadi pada sistem urohgenitalia, terutama dinegara Asia, Afrika dan Amerika menunjukkan bahwa kanker pada saluran urogenitalia merupakan penyebab utama dan terutama pada dewasa laki-laki dan perempuan (Ilmu Keperawatan, 2007.com).
Kanker pada vesika urinaria atau carsinoma buli-buli didefinisikan sebagai tempat tersering pada keterlibatan proses neoplastik saluran kemih. Penyebab utama pada carsinoma buli-buli antara lain pajanan amin aromatik dari industri (anilin, karet, huli), asap rokok, infeksi kronik oleh Schistosoma haematobin dan proses peradangan kronis akibat batu yang dapat menyebabkan carsinoma sel skuamosa. Gambaran klinis biasanya berupa hematuri tanpa rasa sakit dan obstruksi. Secara klinis tumor buli-buli atau carsinoma buli-buli terbentuk menjadi 4 jenis yaitu buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infitratif, yang biasanya akan disertai dengan hematuria. Hematuria adalah didapatkan sel-sel darah merah didalam urine. Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah didalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran darah, eksanguinasi sehingga menimbulan syok hipovolemik / anemi dan menimbulkan urosepsis. Tumor buli-buli paling sering menyerang 3 kali lebih banyak pria dibandingkan pada wanita dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan. Sebagian besar ± 90% tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu di plelum, ureter atau uretra posterior, sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) & adenokarsinoma (±2%). Hubungan tersebut terjadi secara berkaitan yang berarti bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan metabolit–metabolit triptopan yang berada dalam  urinnya  (air kemih)  yang  bersifat  karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Beberapa bahan kimia juga dilaporkan bersifat karsinogenik pada terjadinya kanker buli-buli, seperti b-naftylamine yang sering digunakan dalam industri cat dan karet, fenacetin, cyclophosphamine, cafein, dan pemanis buatan. Penelitian terbaru juga menyebutkan pada orang yang sering memakai cat rambut permanen resikonya jadi meningkat. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing seperti yang terjadi pada infeksi kronis (infeksi yang berlangsung lama), pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab. (Smeltzer, Suzanne C, 2001 vol. 2)
Kanker buli-buli mempunyai gambaran penting yaitu seseorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat tanpa disertai rasa nyeri, kambuhan, dan terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli. Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
Hasil survey di Indonesia menunjukkan bahwa angka kematian karena kanker untuk seluruh golongan jenis kelamin adalah sekitar antara 120-160 per 1000 penduduk dan dewasa pria menderita 3 : 1 daripada wanita setiap tahunnya sekitar 45% dari semua kesakitan tumor buli-buli 25 dari semua kematian pada semua jenis kelamin. Dari berbagai jenis kanker saluran kemih, kanker buli-buli/kandung kemih merupakan yang sering ditemui. Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian keenam dari seluruh penyakit keganasan, dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan 52.900 kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama 3 tahun (1988-1990) diketahui bahwa kanker buli- buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di Subbagian Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keganasan urologi antara tahun 1995-1997, 36% diantaranya adalah kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama. Puncak kejadiannnya terutama berada pada usia dekade ke lima sampai ke tujuh.
Tumor buli-buli merupakan penyakit yang disebabkan karena bahan-bahan karsinogen seperti bahan pewarna karet, kulit dan faktor lainnya juga bisa karena infeksi bakteri kambuhan (Smeltzer, Suzanne C. 2001,vol.2). Kekambuhan pada tumor buli-buli merupakan masalah yang serius, 25% hingga 40% tumor superfisial akan kambuh kembali sesudah dilakukan fulgerasi atau reseksi transuretra, sehingga klien tumor buli-buli yang dirawat inap harus dilakukan tindakan pemeriksaan laboratorium urin, pemeriksaan sel-sel uretolium, mendeteksi adanya kelainan karsinoma sel-sel urotelium.
Dari latar belakang tersebut diatas, mendorong penulis untuk memilih kasus keperawatan dengan judul : ”Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan Gross Hematuria e.c Ca.Buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP    Dr. Kariadi Semarang”.             

B.       Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien Gross Hematuria e.c Ca.Buli dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif.
2.         Tujuan Khusus
a.         Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
b.        Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
c.         Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
d.        Mampu memberikan intervensi keperawatan yang dialami oleh klien Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
e.         Mampu melakukan evaluasi keperawatan yang dialami oleh  klien Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
f.         Mampu melakukan perencanaan tindak lanjut pada klien Ny.R dengan Gross Hematuria e.c ca.buli di ruang A2 Bedah Wanita dan Anak RSUP XXX
Read More..

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG KHOTIJAH RUMAH SAKIT XXX



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme.
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker  Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 1993).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler. (Brunner & Suddarth, 2000).
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan ini harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta.
Didalam perawatan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Maka banyak klien yang keluar masuk rumah sakit. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien juga perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada klien tentang tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap klien dan perawat dengan tidak mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.

B.     Tujuan Penulisan

1.      Dengan menggunakan proses keperawatan
2.      Mampu melakukan upaya pemecahan masalah yang ada pada kasus pendekatan proses .Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien secara benar dalam perawatan
3.      Mampu menggunakan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta mempermasalahkan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan 

Selengkapnya 




Read More..