BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dalam memperoleh kesempatan
mendapatkan lapangan pekerjaan semakin sempit serta makin lamanya krisis
ekonomi di negara kita secara tidak langsung mempengaruhi cara berfikir maupun
cara bertindak bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama golongan menengah
ke bawah dalam menghadapi masalah. Bagi orang yang berfikir positif dan tidak
terlalu pesimis menghadapi masalah yang muncul, mungkin tidak akan mudah
mengalami stress dalam menghadapi masalahnya, tetapi bagi orang yang labil dan
mudah putus asa akan berat menghadapinya. Apabila dalam mengatasinya dalam
jangka waktu yang panjang dan juga tidak didukung oleh pengobatan secara
optimal, maka akan sangat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Gangguan jiwa
yang terjadi di Indonesia pada umumnya adalah skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dimana
sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia.
Angka kejadian Skizofrenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 % setahun (
Maramis, 1998). Sedangkan di Amerika Serikat angka kejadiannya adalah 1 per
1000 orang penduduk ( Kusuma, 1997).
Gejala-gejala
skizofrenia mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani
hidupnya sangat terlambat produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan
orang lain ( Arif, 2006 ).
Salah satu gejala umum Skizofrenia adalah
halusinasi. Halusinasi ada beberapa macam dan salah satunya adalah halusinasi
akustik (Rasmun, 2001). Klien dengan halusinasi akustik sering kali mendengar
suara-suara yang langsung ditujukan pada klien dan biasanya isi suara tersebut
tidak menyenangkan, bersifat menghina dan menuduh.
Gejala yang
muncul pada klien halusinasi adalah sering mendengar suara-suara dari luar baik
jelas ataupun tidak jelas. Gejala
tersebut sangat khas dalam penampilannya dan merupakan satu gangguan yang
sangat kompleks ditemukan. Apabila gejala tersebut tidak mendapat penanganan
secara baik, maka akan sangat beresiko munculnya gangguan dalam diri seseorang
khususnya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Seseorang akan
merasa bahwa halusinasinya itu nyata sehingga klien menolak untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya ( Stiadi, 2006 ).
Berdasarkan
masalah diatas, dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk berfikir secara
realita dan nyata tentang dampak klien yang
mengalami halusinasi akustik apabila tidak mendapatkan pengobatan yang
tepat akan mengakibatkan timbulnya resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungannya sehingga, diperlukan penanganan khusus. Hal ini dikarenakan klien tidak bisa membedakan
antara yang nyata dan tidak nyata. Klien merasa bahwa halusinasinya itu nyata
dan klien akan menolak berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar
yang nyata. Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan jiwa, memulihkan, dan melaksanakan program rehabilitasi.
Peran perawat dalam menghadapi klien halusinasi adalah membina hubungan saling
percaya melalui pendekatan terapeutik dan membantu klien menghadirkan realita. Dari
uraian diatas maka penulis mengambil kasus pasien “Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran”.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi akustik di Ruang XII Rumah Sakit Jiwa
Daerah XXX
2.
Tujuan Khusus
2.1. Menggambarkan
hasil pengkajian keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2.2. Menggambarkan
hasil analisa data asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
2.3. Mengidentifikasi
diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
2.4. Merencanakan
intervensi keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
2.5. Menggambarkan hasil
implementasi dan evaluasi yang dilakukan pada Ny. A dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Selengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar