Blog Gw

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD XXX



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Anak sangat rentan terhadap penyakit, oleh karena itu sangat diperlukan tindakan preventif. Akan tetapi apabila anak mengalami sakit dan keluarga tidak dapat mengatasi karena kondisi anak terlalu parah, maka perawatan di rumah sakit sangat dibutuhkan. Perawatan anak di rumah sakit berfungsi untuk melengkapi suatu lingkungan dimana anak yang sakit dapat dibantu untuk mengatasi atau meringankan penyakitnya (Sacharin, 1996). Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau memperbaiki status fisik dan mental, sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya dan hospitalisasi adalah salah satu cara yang dapat ditempuh selama anak sakit. 
1
 
Russel Borton (1959) pernah menulis buku tentang hospitalisasi. Dalam pengertian hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, et al, 2000). Selama proses hospitalisasi, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan, namun tidak setiap anak mengalami kecemasan akibat hospitalisasi. Kecemasan yang dialami oleh masing masing anak sangat bervariasi dan membawa dampak yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak, terlebih pada anak usia prasekolah,yaitu antara 3 - 6 tahun (Potter & Perry, 2006).
Anak biasanya mengalami kecemasan, karena berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, seperti lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Kecemasan anak dapat diekspresikan melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif. Perubahan fisiologis terhadap kecemasan, seperti nafsu makan hilang, telapak tangan berkeringat dingin; perubahan perilaku, seperti gelisah, menarik diri, kurang koordinasi; perubahan kognitif seperti bingung, takut, perhatian terganggu; dan perubahan afektif, seperti tidak sabar, tegang, mudah terganggu (Stuart, 1998).
Berdasarkan kecemasan yang dialami oleh anak selama dirawat di rumah sakit,  terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan anak tersebut, meliputi kepribadian anak, posisi anak dalam keluarga, pendampingan orang tua anak, dan kelas dalam rumah sakit (Stevens, et al, 2000).
Dilihat dari faktor kepribadian anak, setiap anak mempunyai tipe kepribadian berbeda-beda. Menurut Atkinson dalam Farozin dan Fathiyah (2004), kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan. Tipe-tipe kepribadian menurut Jung, terdiri dari tipe introvert dan ekstrovert. Ciri-ciri anak dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini akan menyebabkan seorang anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit tempat anak dirawat. Selain itu, anak juga akan bertemu dengan orang-orang baru yang dianggap asing.
Tipe ekstrovert pada anak biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan seorang anak senang bertemu dengan anak lainnya yang senasib dengannya, sehingga tidak lagi merasa sendiri. Rasa cemas yang dirasakan sejak awal masuk rumah sakit karena lingkungan yang baru, tidak lagi dirasakan (Farozin & Fathiyah, 2004).
Faktor selanjutnya yang berhubungan dengan kecemasan anak adalah posisi anak dalam keluarga sebagai anak tunggal, pertama (sulung), tengah, atau terakhir (bungsu). Anak tunggal akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Kebiasaannya diperhatikan secara lebih oleh keluarga dan tidak ada saudara lainnya akan mengakibatkan anak cenderung tidak mau ditinggal dan dipegang oleh orang lain selain yang dikenalnya. Anak sulung biasanya mendapat perhatian penuh dari orang tua dan cenderung terlalu melindungi, sehingga anak tumbuh menjadi perfeksionis dan pencemas.
Posisi anak tengah dalam keluarga biasanya akan lebih mandiri, mampu berkomunikasi dan beradaptasi, sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Anak bungsu sesuai dengan posisinya merupakan anak yang termuda usianya dan biasanya mendapat perhatian penuh dari semua anggota keluarga, sehingga anak berkepribadian hangat, ramah, dan perhatian pada orang lain. Namun, biasanya  anak akan mudah merasa cemas apabila ditinggal orang tua atau keluarga lainnya, karena anak terbiasa mendapatkan perhatian yang penuh dari seluruh anggota keluarganya (Supartini, 2004).
Lingkungan rumah sakit juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kecemasan anak. Berdasarkan survey pendahuluan di Bangsal Melati RSUD Tugurejo, tercatat jumlah anak usia prasekolah 7 anak, terdiri dari 5 anak menempati kelas III dan 2 anak menempati kelas II. Masing-masing kelas dilengkapi dengan fasilitas yang berbeda-beda, sehingga tingkat kenyamanan juga akan berbeda. Kelas II dihuni 2 anak tiap kamar, sehingga suasana ruangan tidak ramai. Kelas III dihuni 8 anak tiap kamar, sehingga suasana ruangan sangat ramai, baik ramai oleh jumlah pasien anak, maupun ramai oleh pengunjung yang datang untuk menengok.
Kondisi lingkungan kelas rumah sakit ternyata ditanggapi berbeda oleh anak. Ada anak yang merasa lebih senang dengan kelas III karena merasa banyak temannya, sehingga dapat berinteraksi dengan bebas dan tidak merasa ketakutan karena banyak yang menemani. Namun, ada juga anak yang merasa lebih nyaman di kamar yang tidak dihuni oleh banyak anak, seperti di Kelas II. Salah satu alasan yang diberikan oleh anak, yaitu suasana menjadi ramai. Ini menunjukkan bahwa terdapat alasan yang bermacam-macam dari anak yang menempati masing-masing kelas.
Faktor terakhir yang berhubungan dengan kecemasan anak yaitu pendampingan orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak saat dirawat. Fenomena yang ada di Bangsal Melati terlihat bahwa orang tua selalu memperoleh tempat yang lebih banyak, hal ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas perawatan. Oleh karena itu, adanya orang tua yang mendampingi anaknya akan bermanfaat bagi anak maupun perawat. Sebaliknya, tidak adanya pendampingan orang tua akan menimbulkan kecemasan pada anak. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada ibu yang mendampingi anaknya di Bangsal Melati menyatakan bahwa anaknya sering mengatakan agar ia tidak ditinggal sendirian dalam waktu lama.    
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada anak usia prasekolah di Bangsal Melati RSUD XXX”.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada anak usia prasekolah di kelas II dan III Bangsal Melati  RSUD XXX.
Selengkapnya 



0 komentar:

Posting Komentar