BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode
bayi baru lahir merupakan periode yang paling kritis. Perlunya pembinaan kesehatan dalam
penanggulangan faktor-faktor penyebab kematian bayi perlu diprioritaskan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah, hipotermi, infeksi
pada bayi dan hiperbilirubinemia (Sarwono, 2001)
Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir adalah terjadinya hiperbilirubinemia yang
merupakan salah satu kegawatan pada bayi baru lahir karena dapat menjadi
penyebab gangguan tumbuh kembang bahkan kematian (Sarwono, 2001). Keadaan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir terdapat pada 25-30% bayi baru lahir
cukup bulan dan akan lebih tinggi lagi pada bayi kurang bulan (Sarwono, 2001).
Yang dimaksud dengan hiperbilirubinemia adalah warna kuning yang tampak pada
kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut, akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Agus H., 1994).
Walaupun hiperbilirubinemia dinyatakan tidak semuanya
tergolong patologis tetapi setiap bayi baru lahir yang menderita
hiperbilirubinemia perlu perhatian lebih karena pada umumnya bayi akan malas
minum dan terlihat lemah. Bila
penanganan yang diberikan tidak tepat makan kelainan yang terjadi dapat
berkembang lebih buruk dari pada saat bayi masuk rumah sakit (Ngastiyah, 1997).
Masalah
keperawatan yang didapatkan pada bayi hiperbilirubinemia adalah kurangnya
masukan cairan dan nutrisi karena bayi malas minum, resiko terjadinya kern
ikterus karena adanya kelebihan bilirubin indirek di dalam peredaran darah
yang dapat masuk ke dalam jaringan otak gangguan, rasa aman dan nyaman akibat
pengobatan (pemberian terapi sinar) dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit hiperbilirubinemia, akibat komplikasi dan penanganan atau pengobatan
pada penyakit hiperbilirubinemia (Ngastiyah, 1997).
Kurangnya pengetahuan orang tua memacu timbulnya
stressor baru pada orang tua yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang ditunjukkan orang tua berkisar
antara cemas ringan, cemas sedang, berat maupun terjadi panik. Pola perliku kecemasan yang terjadi
tergantung pada kematangan pribadi, harga diri, mekanisme koping dan pemahaman
dalam menghadapi ketegangan (Long, 1997). Adanya pemahaman pada orang tua
sangat penting dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan selama
tindakan (Sarwono, 2001). Informasi yang diberikan menggunakan metode
pendidikan kesehatan khususnya pemberian pengetahuan tentang
hiperbilirubinemia, tindakan pengobatan terapi sinar. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan ketrampilan yang dibutuhkan klien/keluarga sebelum selama
dan setelah tindakan dilakukan (Sarwono, 2001)
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu
kegiatan atau usaha individu untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat menumbuhkan pengetahuan
tentang kesehatan. Akhirnya pengetahuan
tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain dengan adanya pendidikan
tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo,
2003)
Di kutip dari berita kedokteran th 1997 dilaporkan bahwa
tindakan medis yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan pada klien ,hal
ini dimungkinkan kurangnya pengetahuan tentang tindakan medis tersebut
.pemberian informasi yang jelas tentang tindakan tersebut dan resiko yang
mungkin terjadi dapat mengurangi rasa khawatir dan klien dapat mengambil
keputusan yang rasional terhadap tindakan yang akan dilakukan (Hadijah,1997).
Bagi orang tua bayi, tindakan terapi sinar dan keadaan bayinya bisa menimbulkan
stessor. Dari observasi yang dilakukan peneliti di ruang perinatologi RSUD Kota
Semarang, orang tua terlihat kebingungan, seringnya bertanya tentang kondisi
bayinya, khawatir yang berlebihan, ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk
pengobatan bayinya dan mengatakan tidak tahu tentang kondisi bayinya. Kecemasan
orang tua semakin bertambah bila melihat bayinya dilakukan tindakan terapi
sinar. Hal ini bisa disebabkan tidak tahunya orang tua mengenai alat terapi
sinar, kurangnya informasi tentang
hiperbilirubinemia dan jarangnya kasus yang terjadi di masyarakat.
Kurang informasi yang diterima orang tua akan
menimbulkan kecemasan sehingga perlumya pendidikan kesehatan agar orang tua
dapat mengetahui tentang kondisi bayinya
yang sebenarnya dan penatalaksanaan tindakan terapi sinar yang dilakukan
pada bayinya, sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan terjadi
perubahan dari kecemasan yang ditunjukkan orang tua menjadi tidak cemas atau
menurun. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
apakah efektif pendidikan kesehatan terhadap penurunan kecemasan pada orang tua
bayi yang menderita hiperbilirubinemia dan dilakukan tindakan terapi
sinar.
B. Rumusan Masalah
Didalam penelitian ini penulis mengemukakan perumusan masalah “Bagaimana efektifitas pendidikan kesehatan terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada orang tua bayi yang menderita
hiperbilirubinemia dan mendapatkan terapi sinar di ruang perinatologi RSUD Kota XXX”.
Selengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar