BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembangunan nasional di bidang
kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk hal tersebut maka perilaku
masyarakat Indonesia
sehat 2010, adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (www.depkes.go.id).
Salah
satu keberhasilan Indonesia
dalam mewujudkan pembangunan di bidang kesehatan adalah dengan meningkat
harapan penduduknya yang mana
Salah
satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa sering kali dilihat dari harapan hidup
penduduknya. Ini dapat dibuktikan Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang dengan hasil perolehan
statistik pada tahun 2000, jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia berjumlah
22,2 juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 29,2 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,34 %
penduduk dan saat ini merupakan peringkat ke-empat dunia, di bawah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS tahun
1998 masing-masing untuk pria 63 tahun dan perempuan 68 tahun (R. Boedhi
Darmojo, 2000: 4).
Data
ini diambil dari berbagai penelitian yang dilakukan khususnya untuk lansia
dimana data tersebut dapat tergambar pada Tabel berikut.
Tabel 1.1. Demografi Orang Lansia di Indonesia
|
||||||
TAHUN
|
1980
|
1985
|
1990
|
1995
|
2000
|
2020
|
Total Penduduk
|
148
|
165
|
183
|
202
|
222
|
|
(55 Tahun ke atas)
|
||||||
a. Total (Juta)
|
11,4
|
13,3
|
16
|
19
|
22,2
|
29,2
|
b. Persentase (%)
|
7,7
|
8
|
8,7
|
9,4
|
10
|
11,09
|
Harapan Hidup
|
55,30
|
58,19
|
61,12
|
64,05
|
65-70
|
70-75
|
Menurut
penelitian : Prof. DR..
R. Boedhi Darmojo
Tabel 1.2. Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia
1971-2020
|
||
Tahun
|
Jumlah Lansia
|
Persentase
|
1971
|
5.306.874
|
4,48
|
1980
|
7.998.543
|
5,45
|
1990
|
11.277.557
|
6,29
|
1995
|
12,778,212
|
6,56
|
2000
|
15,262,199
|
7,28
|
2005
|
17,767,709
|
7,97
|
2010
|
19,936,895
|
8,48
|
2015
|
23,992,553
|
7,77
|
2020
|
28,822,879
|
11,34
|
Sumber : BPS,
Ananta dan Anwar yang dikutip dari Djuhari Anwar.
Data
statistik tersebut mengisyaratkan begitu pentingnya keperawatan gerontik di
Indonesia, karena dengan menjadi tua akan ada perubahan-perubahan yang terjadi
dan ini akan menjadi suatu masalah selain perubahan fisik yang diakibatkan
karena kemunduran kerja sel, juga terjadi perubahan-perubahan mental, perubahan
psiko sosial dan perkembangan spritual (Wahjudi Nugroho, 2000:1-11).
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lansia akan berdampak
terhadap psikologis lansia yang nantinya akan memicu terjadinya proses penyakit
yang dapat menekan atau terjadinya penyakit pada lansia. Karna perubahan
psikologis ini sangat rentan sekali dengan terjadinya perubahan pola hormonal
pada lansia sebagai respon tubuh terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Memang
masih banyak lansia yang produktif dan dapat melakukan aktivitasnya dengan baik
seperti masa mudanya bahakan dalam masyarakat teknologis, lansia bisa menjadi
sumber yang berharga akan tetapi karena proses penuaan ini akan menurunkan
pruduktivitas kerja lansia yang dipicu oleh penurunan kemampuan sel sehingga
menimbulkan banyak penyakit, kelumpuhan dan bahkan menurun kemampuan daya
ingat, oleh karena itu proses penuaan berubah menjadi suatu hal yang ditakuti,
atau bahkan topic tidak tahu, terlebih lagi adanya anggapan masyarakat yang
tertanam kuat seperti menua adalah proses yang memalukan, selanjutnya usia tua
berate tidak lebih dari keberadaan statis atau lebih buruk lagi merupakan suatu
deklinasi atau deteriorisasi (Gallo, et. all, 1998 : 72)
Dengan
berbagai macam permasalahan akan memicu terjadinya depresi pada lansia, karena
hubungan depresi dengan penyakit fisik, perubahan psikososial dan efek medikasi amat penting diperhitungkan
dalam kasus-kasus lansia sebagai suatu penyebab terjadinya depresi. Dimana
depresi pada lansia merupakan manifestasi dari serangkaian gangguan langsung
terhadap suatu gangguan fisik, penyakit kronis tertentu dan proses
disangegement /isolasi yang dilakukan masyarakat (Gallo, et. all, 1998 : 79-80)
Seperti
gangguan emosional lainnya pada kasus depresi pada lansia juga melampau
tahap-tahap pengakajian yang diawali dengan pengkajian fungsional tubuh hingga
pengkajian terhadap dukungan social. Pada pengkajian terhadap dukungan sosial
yang menjadi item pengkajian terdiri dari jaringan, jaringan informal, system
pendukung formal dan semi formal. Keluarga merupakan sistem pendukung informal
yang dimiliki lansia, diamana peran keluarga sangatlah berarti dalam terjadinya
depresi ataupun menjadi pendukung untuk mengatasi lansia dengan masalah ini
(Gallo, et. all, 1998 : 166-171).
Dukungan
keluarga pada lansia dapat berupa kemampuan keluarga dalam mengenal
perkembangan kesehatan pada lansia, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat pada lansia, memberikan perawatan pada lansia yang sakit,
mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian lansia, serta kemampuan keluarga dalam mempertahankan hubungan
timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan (Nursalam, 2003 :
170-175).
Selengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar