BAB I
1.1 Latar Belakang
Rokok, secara meluas telah diketahui salah satu
penyebab kematian di dunia. Diduga hingga tahun 2030 kematian akibat merokok
akan mencapai 10 juta orang setiap tahunnya. Sejauh ini, wabah “merokok” telah
terjadi di negara-negara maju, dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang
dari 70 % kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara
berkembang (Pusat Promosi Kesehatan
DEPKES RI, 2002 : 3).
WHO memperkirakan
1,1 miliar penduduk dunia adalah perokok dan 800 juta di antaranya
terdapat di negara berkembang. Konsumsi rokok di negara maju cenderung menurun
sementara di negara berkembang semakin meningkat. Perdagangan rokok yang bebas
dan iklan rokok yang begitu gencar memberikan kontribusi pada peningkatan
konsumsi rokok di negara berkembang (Pusat Promosi Kesehatan DEPKES RI, 2002 :
3).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan
harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
produsen dan sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Pusat Promosi Kesehatan
DEPKES RI, 2002 : 3).
Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai
bangsa di belahan dunia, dengan mayoritas tersebut 47 % adalah pria sedangkan
12 % adalah wanita dengan berbagai kategori umur. Latar belakang merokok
beraneka ragam, di kalangan remaja dan pria dewasa adalah faktor gengsi dan
agar disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah yang menarik yang digunakan
sebagai pembenaran atas kebiasaan merokok yaitu “ada ayam jago di atas genteng,
nggak merokok nggak ganteng”. Sedangkan kalangan orang tua, stres dan karena ke
tagihan adalah penyebab faktor keinginan untuk merokok (http://www.chem-is-try.org/sect).
Menurut DR. M.N. Bustam alasan untuk mulai merokok
karena sekedar ingin hebat, ikut-ikutan, kesepian, pelarian, sebagai gaya, dan
meniru orang tua (M.N. Bustam, 2000 : 124).
Berbagai alasan dan faktor penyebab untuk merokok di
atas kalah seandainya beradu argumentasi dengan pakar yang ahli tentang
berbahaya atas apa yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan. Harus diakui banyak perokok yang mengatakan bahwa merokok itu tidak
enak tetapi dari sekian banyak pamflet, selembaran, kampanye anti rokok, sampai
ke bungkus rokoknya diberi peringatan akan bahaya kesehatan dari rokok, tetap
tak bisa menggubris secara massal berkurangnya kebiasaan merokok dan jumlah
perokok
(http://www.chem-is-try.org/sect).
Masalah merokok merupakan masalah yang serius karena
menyangkut aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek sosial. Dari aspek
kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan,
seperti nikotinnya yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Ada 25 jenis penyakit yang
ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti emfisema, kanker paru, bronchitis
kronis, dan penyakit paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya jantung
koroner, peningkatan kolesterol darah, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada
bayi ibu perokok, keguguran, dan bayi lahir mati. Dari aspek ekonomi, dengan
berkurangnya hari bekerja karena sakit akibat merokok akan menurunkan
produktivitas bekerja, dengan demikian jumlah pendapatan yang diterima akan
berkurang, dan pengeluaran meningkat untuk berobat. Selain itu, merokok
merupakan penghamburan uang. Orang yang tidak merokok dapat menghemat dan
menyimpan uang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok. Kebiasaan merokok satu bungkus sehari (seharga Rp.2500 – 3000) dapat menghabiskan
uang sekitar Rp.1.000.000 per tahun. Sedangkan dari aspek sosial, merokok
mempengaruhi lingkungan, orang lain, dan keluarga dekat. Seseorang yang bukan
perokok bila terus menerus terkena asap rokok dapat menderita dampak resiko
kesehatan yang sama dengan perokok (Pusat Promosi Kesehatan DEPKES RI, 2002 :
3).
Dari data yang ada di ketahui bahwa penduduk yang
merokok adalah mereka yang telah berumur 10 tahun ke atas. Perhitungan konsumsi
rokok perokok (1996), sebagai berikut :
Jumlah penduduk Indonesia : 198,2 juta
Wanita : 99,56 juta
Pria : 98,64 juta
Laki-laki usia 10 tahun ke atas 78,09% dari 98,64 = 77,03 juta
Pria perokok 59% dari 77.00 = 45,45
juta............................. 45,45
juta
Wanita 10 tahun ke atas 79,33% dari 99,56= 78,98 juta
Wanita perokok 3,8 % dari 78,98 =3,00
juta............................ 3,00
juta
Jumlah perokok di
Indonesia..................................................... 48,45 juta
Dari data yang ada, di ketahui pula bahwa konsumsi
rokok di Indonesia adalah 8,8 batang/ kapita/ Minggu atau 8,8 x 52 = 458
batang/ kapita tahun atau 1,25 batang/ kapita/ hari (sumber: Konsumsi Kalori
dan Protein Indonesia, BPS, 1996). Konsumsi rokok penduduk Indonesia : 1,25 x
365 x 198,2 juta = 90.429 juta batang/ tahun. Konsumsi rokok para perokok
Indonesia: 90.429:48,45 = 1866 batang/ tahun/ kapita perokok atau 5,1 batang/
hari/ kapita perokok
(Pusat Promosi Kesehatan DEPKES RI, 2002
: 5).
Angka kejadian merokok pada remaja - remaja di Amerika
Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang
dewasa, dan terdapat peningkatan sekitar
50% dari tahun 1998. Lebih dari 80 persen perokok mulai sebelum umur 18 tahun
serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Angka
kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di perdesaan daripada perkotaan.
Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan interaksi yang majemuk
antara pendapatan, harga rokok, ketersediaan rokok, budaya, stres, keturunan,
umur, jenis kelamin, dan reklame rokok. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan
bahwa pada semua etnis kecuali orang Amerika keturunan Afrika adalah perokok,
angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi daripada angka kejadian merokok
pada orang dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil daripada remaja
laki-laki perokok kecuali pada etnis kulit putih. Di Indonesia sampai saat ini
belum ada data tentang merokok pada remaja (Ida Bagus Subanada, 2004 : 191).
Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua
kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat terutama di kalangan
anak-anak dan remaja. Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sangat
merugikan, kebiasaan tersebut terjadi karena ketidaktahuan atau pengetahuan
tentang rokok kurang . Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah
menjadi masalah serius, mengingat merokok menimbulkan resiko timbulnya berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di
sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif) (Pusat Promosi Kesehatan DEPKES
RI, 2002 : 2).
0 komentar:
Posting Komentar